Sabtu, 18 Juni 2016

makalah kenaikan harga menjelang ramadhab dan idul fitri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tentu tidak terlepas dari bahan kebutuhan pokok, dan dapat dikatakan hidupnya tergantung dari terpenuhinya kebutuhan pokok tersebut.  Hal itu wajar karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perlu mengonsumsi bahan kebutuhan pokok yang bermanfaat bagi tubuh, agar tetap dalam kondisi tidak kekurangan gizi.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut selain persediaan juga dipengaruhi faktor harga, yang berkaitan dengan daya beli masyarakat.  Ketika harga kebutuhan pokok itu naik cukup tinggi, sebagian besar masyarakat pasti mengeluh, karena akan menambah beban anggaran rumah tangga sehari-hari. Kondisi itu juga akan menyedot anggaran untuk kebutuhan lain. 
Untuk menyikapi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, masyarakat terpaksa melakukan langkah terobosan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Langkah itu diantaranya memperketat pengeluaran untuk kebutuhan lain dan mengurangi porsi belanja.  Apalagi saat menjelang ramadhan dan idul fitri harga bahan kebutuhan pokok cenderung akan naik sehingga  membutuhkan banyak biaya bagi keperluan tersebut.
Kenaikan harga bahan kebutuhan pokok yang menjadi langganan menjelang ramadhan dan idul fitri dari tahun ke tahun dipicu oleh banyaknya jumlah permintaan, naiknya permintaan yang tidak disertai kesiapan pasokan sehingga sesuai hukum dasar ekonomi bila permintaan berlimpah sedangkan pasokan terbatas maka harga barang akan naik, saat menjelang ramadhan dan idul fitri harga barang terus melonjak naik, karena jumlah permintaan terus meningkat sedangkan jumlah barang tetap atau cenderung berkurang.
1.2.      Rumusan Masalah
            Makalah ini disusun dengan permasalahan sebagai berikut:
a)      Apakah yang mempengaruhi kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan idul fitri?
b)      Bagaimana upaya pemerintah dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan idul fitri?
c)      Bagaimana solusi dalam menangani kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan idul fitri?
1.3.      Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
a)      Menganalisis hal-hal yang mempengaruhi kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan idul fitri.
b)      Menganalisis upaya pemerintah dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan idul fitri.
c)      Menganalisis solusi dalam menangani kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan idul fitri.



BAB II
ANALISIS KENAIKAN HARGA

2.1.      Penyebab Kenaikan Harga
2.1.1.   Hukum Permintaan dan Penawaran
Salah satu hal yang menyebabkan harga barang terus merangkak naik adalah prinsip ”supply dan demand”. Seperti salah satu hukum ekonomi yang mengatakan bahwa apabila permintaan meningkat dan barang tidak ada maka akan cenderung terjadi kenaikan harga barang.  Saat ini harga beras terus melonjak naik hal ini disebabkan banyak petani beras yang gagal panen. Gagal panen ini menyebabkan jumlah beras di pasar menurun sedangkan permintaan tetap atau mungkin bertambah karena menjelang ramadhan. Saat menjelang ramadhan, harga barang terus melonjak naik karena jumlah permintaan terus meningkat sedangkan jumlah barang tetap atau cenderung berkurang.
Contoh kenaikan permintaan tersebut dapat terjadi seperti saat menjelang ramadhan  seperti ini banyak orang di daerah jawa yang melakukan ritual “kirim doa” kepada para kerabatnya yang telah meninggal. Ritual ini berupa syukuran dengan mengundang para tetangga dan kerabat ke rumah untuk berdoa bersama-sama mendoakan sanak saudara yang telah meningga dunia.  Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga tapi oleh semua keluarga yang memilki keluarga yang sudah meninggal dunia.
Selain itu kebiasaan makan-makan sebelum ramadhan atau disebut “cucurak” juga memicu tingginya permintaan sedangkan persediaan di pasar tetap.  Hal ini menyebabkan permintaan akan kebutuhan beras meningkat. Naiknya permintaan beras tidak diikuti bertambahnya jumlah beras di pasar hal inilah yang menyebabkan harga beras terus merangkak naik.
2.1.2.   Penimbunan Barang
Praktik penimbunan dalam perjalanannya selama ini selalu mendapat sorotan serius dari berbagai pihak, terutama terhadap pihak pemerintah untuk memberantasnya agar harga-harga berbagai bahan kebutuhan pokok di pasar kembali normal.
Praktik penimbunan sering kali dilakukan terhadap barang-barang yang paling dibutuhkan masyarakat seperti sembako atau sembilan bahan pokok berupa makanan dan minuman serta juga bahan bakar seperti minyak dan gas. Praktik penimbunan tujuannya tak lain untuk mendapatkan keuntungan besar dari menjual dengan harga tinggi barang-barang yang telah lama ditimbun, saat permintaan dari konsumen sedang tinggi.
Dapat diprediksi terdapat beberapa pedagang yang menimbun barang terlalu banyak pada hari biasa sehingga terjadi kelangkaan pada saat menjelang ramadhan.  Hal inilah yang menyebabkan harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
2.1.3.   Kinerja Pasokan Terganggu
Walaupun pemerintah berkali-kali membantah bahwa pasokan pangan aman dan terkendali, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sistem produksi dan sistem distribusi beberapa pangan terganggu karena kualitas sarana dan prasarana transportasi banyak yang rusak.
Beberapa media nasional dan daerah melaporkan bahwa jalan di beberapa ruas di pantai utara Pulau Jawa dan jalan lintas tengah serta lintas timur di Sumatera mengalami kerusakan. Padahal kedua jalur tersebut digunakan sebagai dua poros utama jalur distribusi pangan. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas ekonomi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra merupakan 84 persen penyumbang terbesar terhadap kinerja ekonomi nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Jadi bisa dibayangkan betapa besarnya masalah yang dihadapi apabila sarana infrastruktur di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra terganggu.
Dampak buruk yang ditimbulkan tidak hanya ditanggung konsumen di perkotaan, tetapi juga ditanggung oleh petani di pelosok perdesaan.  Kenaikan harga pangan kali ini sedikit sekali yang dapat dinikmati petani karena persentase kenaikan harga ditingkat konsumen jauh lebih besar dibandingkan dengan persentase kenaikan harga di tingkat produsen.  Akibat distribusi yang kurang baik, kebutuhan pokok tidak tersalur dengan cepat.  Hal ini menyebabkan barang menjadi langka dan harga semakin naik.
2.1.4.   Gaya Hidup Masyarakat Lebih Konsumtif
Hari-hari di bulan ramadhan merupakan hari-hari istimewa bagi setiap pribadi muslim. Pada hari-hari ramadhan, pribadi muslim dilatih untuk bisa menahan segala keinginan hawa nafsunya dan lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga pada Idul fitri nanti, diharapkan terbentuk pribadi muslim yang bertakwa.
Tetapi dalam kenyataannya, umat Islam sering lupa akan tujuan utama dari adanya bulan ramadhan ini. Hari-hari istimewa di bulan ramadhan yang seharusnya menjadi momen untuk berkaca diri dan menahan hawa nafsu, malah digunakan untuk memenuhi berbagai tuntutan dan keinginan diri. Mengkonsumsi sebenarnya merupakan kegiatan yang wajar. Namun disadari atau tidak, masyarakat tidak hanya mengkonsumsi tapi telah terjebak ke dalam budaya konsumerisme. 
Kegiatan buka bersama, dengan adat menyediakan berbagai menu lebih banyak dan mewah dari biasanyan menyebabkan sebuah pemborosan.  Pada hari biasa masyarakat cukup makan malam dengan air putih, nasi dan lauk, tetapi pada saat ramadhan banyak masyarakat yang menambah menu dengan aneka es, gorengan, dan makana pembuka lain yang menyebabkan konsumsi meningkat.
2.2.      Upaya Pemerintah Mengatasi Kenaikan Harga
Pemerintah terus berupaya melakukan langkah untuk menekan harga-harga kebutuhan pokok saat ramadhan dan idul fitri. Namun tetap saja program-program ataupun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah belum menunjukkan hasil yang maksimal. Tradisi kenaikan harga bahan pokok saat ramadhan dan idul fitri masih saja terjadi.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana menjelaskan mengenai upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kenaikan harga sembako saat menjelang Idul Fitri diantaranya :
a.       Meminta para pengusaha swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan instansi terkait menyelenggarakan pasar murah sehingga harga-harga kebutuhan pokok bisa terjangkau konsumen, terutama masyarakat kurang mampu atau masyarakat miskin. Misalnya pasar murah daging sapi, daging ayam, telur, gula, minyak goreng, dan berbagai kebutuhan lainnya. Guna menahan laju kenaikan harga saat menjelang hari raya nanti.
b.       Adanya program Operasi Pasar (OP), sehingga pemerintah daerah dapat melakukan operasi pasar terutama operasi pasar untuk beras jika harga beras melonjak tinggi dan sangat memberatkan konsumen. Ini dilakukan dalam rangka  menangani pengendalian harga pangan pada Bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri.
c.        Mengimpor berbagai kebutuhan pokok dari negara lain.
d.      Memperbaiki sarana dan prasarana transportasi agar sistem produksi dan sistem distribusi pangan tidak terganggu sehingga pasokan akan kebutuhan pokok tidak mengalami pengurangan.
e.       Pembagian jatah beras miskin yang lebih awal, ini bertujuan untuk mengurangi beban penduduk miskin untuk membeli beras saat menjelang hari raya.
f.        Melakukan pengawasan yang intensif terhadap pergerakan harga-harga barang saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Pemerintah juga menghimbau konsumen agar membuat stok barang untuk keperluan setelah hari raya sehingga hal tersebut juga bisa menekan kenaikan harga setelah idul fitri. Karena sesudah hari raya biasanya harga-harga kebutuhan pokok akan melonjak. Hal itu terjadi karena para pedagang banyak yang sudah pulang ke kampung halamannya atau menutup usahanya. Sementara para petani sayur-mayur pada hari tersebut tidak melakukan panen karena masih merayakan idul fitri.
2.3.      Solusi Menangani Kenaikan Harga
Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menangani kenaikan harga barang kebutuhan pokok khususnya saat ramadhan dan idul fitri sebagai berikut:
a.       Menyeimbangkan Pengeluaran dengan Kebutuhan
Bulan ramadhan kemudian dilanjutkan idul fitri, masyarakat mulai bersiap-siap menyambutnya dengan mulai mencari segala kebutuhan pokok untuk persediaan. Hal ini menyebabkan pola konsumsi dalam masyarakat mengalami perubahan.  Semula pola konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya hanya untuk sesaat itu saja, kemudian berubah menjadi pola konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan jangka waktu yang lama.
Upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu yang lama ini dengan meningkatkan persediaan barang  keperluan sebanyak-banyaknya untuk menjamin kebutuhan  yang akan datang  dengan cara saling mendahului di antara masyarakat untuk mencari dan membeli barang kebutuhan terutama kebutuhan pokok.  Hal ini menyebabkan konsumsi dalam masyarakat menjadi meningkat pesat. Meningkatnya konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan persediaan untuk jangka waktu yang lama tidak seiring dengan ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Barang-barang dibutuhkan masyarakat dapat diperoleh dipasar-pasar dengan proses jual-beli.
Meningkatnya konsumsi masyarakat mengakibatkan barang kebutuhan menjadi langka, cepat habis bahkan lenyap. Kelangkaan barang kebutuhan di pasar-pasar mengakibatkan masyarakat panik. Kepanikan masyarakat dalam memperoleh barang kebutuhan mempengaruhi proses jual-beli di pasar-pasar.
Masyarakat berusaha secepatnya memperoleh barang kebutuhannya sementara pedagang di pasar-pasar berusaha menyediakan barang kebutuhan masyarakat secara lengkap dan sebanyak-banyaknya. Untuk menyediakan Barang-barang kebutuhan masyarakat untuk dijual, pedagang-pedagang berusaha memperoleh ketempat-tempat produksi barang kebutuhan masyarakat. Produksi barang kebutuhan masyarakat terbatas cenderung jumlah produksi barang tetap. Memaksa pedagang memperoleh barang kebutuhan dari sesama pedagang yang masih memiliki persediaan berapapun tinggi harga barang kebutuhan masyarakat.
Akibatnya harga barang kebutuhan masyarakat di pasar-pasar menjadi bergejolak atau harga-harga naik.  Dapat kita lihat bahwa adanya peningkatan yang pesat dan cepat dalam masyarakat untuk memperoleh barang kebutuhannya, adanya Kelangkaan penyediaan barang-barang kebutuhan masyarakat di pasar-pasar.
b.      Pengendalian Stok
Kenaikan harga pangan di dunia ternyata mempengaruhi harga pangan di dalam negeri. Apalagi saat ini sebagian besar bahan pangan yang ada di pasar dalam negeri diperoleh dari impor.  Karena itu, selama indonesia masih tergantung pada pasokan pangan impor, kenaikan harga pangan dunia yang dipastikan terus terjadi setiap tahunnya akan berujung pada tambahan beban bagi masyarakat, ditambah lagi kebijakan pemerintah yang menyerahkan pengadaan bahan pangan kepada mekanisme pasar membuat harga barang kebutuhan pokok selalu mengalami kenaikan. Khususnya setiap menjelang hari besar keagamaan seperti ramadhan dan idul fitri.
Seharusnya kebijakan perekonomian nasional lebih berpihak pada kepentingan rakyat. Jangan semua dilepas kepada mekanisme pasar tanpa ada kendali dari pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus berani menindak tegas para pemain atau spekulan yang terbukti memainkan harga di pasaran. Sejauh ini, stok beras nasional mayoritas dikendalikan oleh pihak swasta dan sisanya dipegang pemerintah melalui Perum Bulog.
Bisa kita bayangkan, dengan dominasi pihak swasta sebagai pengendali stok beras nasional, mereka bisa memainkan harga dengan leluasa sehingga sampai kapan pun Bulog tidak akan sanggup membeli gabah dari para petani kita. Ini karena harganya yang memang melewati harga pembelian pemerintah.
Pemerintah akan mengalami kesulitan mengendalikan kestabilan harga bahan pangan maupun komoditas lainnya. Apalagi pasokan bahan pangan itu sebagian besar memang telah dipegang swasta. Kecuali ada kebijakan yang diubah mengenai harga pangan dari pemerintah yang memang seharusnya dikendalikan sendiri.
c.       Mengubah Gaya Hidup
Gaya hidup masyarakat yeng cenderung boros kerika menghadapi bulan ramadhan dan idul fitri merupakan salah satu pemicu tingginya harga kebutuhan pokok.  Sehingga dengan mengubah gaya hidup, mengatur pola konsumsi saat ramadhan menjadi seperti hari biasa dapat mengurangi kenaikan harga yang terjadi.  Karena bulan ramadhan seharusnya justru mengurangi pengeluaran, bukan sebaliknya. 
Apabila gaya hidup ini diubah, pengeluaran terhadap konsumsi justru akan berkurang dan kemungkinan harga seharusnya turun atau stabil.



BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Kenaikan harga sudah lazim terjadi di Indonesia.  Pada saat ramadhan dan idul fitri, harga melambung tinggi membuat masyarakat resah.  Hal ini disebabkan karena adanya faktor tingginya permintaan, adanya penimbunan barang oleh beberapa pedagang, infrastruktur yang buruk, dan gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif.
Upaya masyarakat dalam menghadapai kenaikan ini sudah dilakukan walaupun hasil yang diperoleh belum maksimal untuk menstabilkan harga.
Solusi dalam menangani masalah kenaikan harga ini dapat dengan menyeimbangkan pengeluaran dengan  kebutuhan sehingga peredaran barang di pasar stabil, selain itu dengan mengendalikan stok agar kebutuhan tidak mengalami kelangkaan.  Namun dari pihak masyarakat juga perlu mendukung yaitu dengan mengubah gaya hidup pada saat ramadhan agar tidak terjadi pemborosan.
3.2.      Saran
Ramadhan seharusnya menjadi bulan yang memberikan banyak pelajaran kepada semua umat, termasuk pelajaran menata kembali keadaan ekonomi yang sudah semrawut agar dapat ditata kembali dengan mengelola pengeluaran sesuai kebutuhan.
Cara pandang mengenai ramadhan dan idul fitri yang merupakan bulan penuh tidak perlu diimbangi dengan pengeluaran yang serba meriah dan cenderung boros agar keadaan harga di pasar tetap stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Sayuti.2011.”Analisis Kenaikan Harga Barang Menjelang Puasa dan Lebaran”. http://sayutipolinela.blogspot.co.id/2011/10/paper-analisis-persoalan-ekonomi.html.
Wahyono,Budi.2013.”Cara Menangani Kenaikan Harga Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Idul Fitri”.http://www.pendidikanekonomi.com/2013/04/cara-menangani-kenaikan-harga-barang.html

Civas,Nurman.2014.”Harga di Bulan Ramadhan”.http://hargabahanpokok.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar